top of page

MENGENAL JENIS-JENIS PELAT (SLAB) DALAN STRUKTUR KONSTRUKSI

Artikel ini ditulis oleh Riyan B. Sukmara


Ilustrasi penghamparan aspal (sumber: Getty Images/iStockphoto)
Ilustrasi penghamparan aspal (sumber: Getty Images/iStockphoto)
Dalam dunia konstruksi terdapat 3 elemen penting, yaitu balok, kolom dan pelat. Ketiga elemen ini saling terkait dan berhubungan. Khusus untuk elemen pelat, elemen ini menjadi penting karena disinilah awalmula beban-benan konstruksi bekerja. Pelat pada bangunan menjadi tempat beraktifitasnya manusia dengan segala perlengkapannya yang kemudian beban-benan tersebut terkonvesi menjadi gaya yang akan disalurkan ke balok dan kolom. Terdapat berbagai jenis pelat yang penggunaannya tergantung pada kebutuhan dan urgensi dari penggunanya.
 

PENDAHULUAN

Untuk mendirikan sebuah bangunan atau struktur suatu bangunan, maka terdapat elemen-elemen yang saling terkait dan menyatu satu sama lain. Secara umum, terdapat beberapa elemen utama dalam sebuah struktur konstruksi, khususnya Gedung, yaitu kolom (column), balok (beam) dan pelat (slab). Dari setiap element tersebut terdisi dari banyak jenis, tergantung pada kebutuhan dan urgensi penggunaannya. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas khusus terkait dengan elemen pelat atau slab.

Definisi Pelat (Slab)

Pelat atau biasa kita kenal dengan istilah slab adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati (dead load) ataupun beban hidup (live load) dan menyalurkannya ke rangka vertical dari sistem struktur. Pelat merupakan sebuah struktur bidang (permukaan) yang lurus, datar atau melengkung yang dimensinya tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensi elemen struktur lainnya. Penggunaan pelat tak terbatas hanya untuk penggunaan pada Gedung sebagai pelat lantai ataupun pelat atap. Penggunaan pelat juga diaplikasikan pada struktur konstruksi lainnya misalnya pelat lantai kendaraan pada jembatan, jalan raya yang menggunakan perkerasan kaku, struktur dermaga dan lain-lain.


JENIS-JENIS PELAT (SLAB)

Conventional Slab

Pelat Konvensional (Conventional slab) adalah sistem pelat yang ditopang oleh balok dan kolom. Ketebabal pada jenis plat ini relative kecil, namun diperlukan dimensi balok penopang yang relative besar (tergantung pada berat sendiri pelat dan beben-beban yang bekerja diatasnya). Gaya yang bekerja pada pelat disalurkan melalui balok menuju kekolom.


Keuntungan penggunaan Conventional Slab

  • Beban pelat lebih ringan, karena relative tipis

  • Sudah umum digunakan

Kekurangan penggunaan Conventional Slab

  • Besarnya dimensi balok penopang akan mengurangi ruang bebas antar laintai

  • Proses konstruksi yang relative lama, karena harus membangun bekisting, perancah dan perakitan insitu

  • Kontrol kualitas yang relative sulit


Gambar 1. One-way Slab (kiri) dan Two-way Slab (kanan)

Secara sistem bekerjanya, pelat konvensiona dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu Pelat satu arah dan pelat dua arah.


Pelat Satu Arah (one-Way slab)

Pelat jenis ini menggunakan penopang balok pada sisi yang berlawanan untuk menopang beban searah. Adapun ciri umum pada jenis pelat satu arah adalah perbandingan (rasio) antara Panjang dan lebarnya sama atau lebih besar dari dua. Pelat satu arah secara essensial bekerja seperti balok tipis (shallow beam) dengan lebar yang besar.


Pelat dua arah (Two-way slab)

Berbedan dengan pelat satu arah, untuk pelat dua arah, tumpuan yang digunakan terdapat pada masing-masing sisi pelat dan menanggung beban dengan moment yang terjadi pada 2 arah. Secara umum, rasio perbandingan antara Panjang dan lebar pelat biasanya kurang dari 2.

Gambar 2. Lendutan yang terjadi pada pelat satu arah (kiri) dan pelat 2 arah (kanan)

Perbendaan umum dari pelat satu arah dan pelat dua arah, yaitu :


Flat Slab

Flat Slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung bertumpu pada kolom tanpa adanya balok (beam) penopang, sehingga gaya yang bekerja pada plat langsung disalurkan menuju kolom. Biasanya pelat jenis ini tidak digunakan untuk menopang beban yang besar dan bentang yang tidak terlalu besar. Untuk menambah kekuatan terhadap gaya gesr, pons dan lentur, biasanya pada daerah tumpuan pada kolom (daerah kritis) diberikan penebalan pada pelat (column cap) yang disebut flat plate. Ketebalam plat jenis ini miniman 8 inci atau setara dengan 200 mm.


Kegunaan Flat Slab

Konstruksi plat yang sederhana, memiliki ruang bebas yang lebih besar, khususnya untuk bangunan dengan jarang ruang bebas lantai yang rendah. Biasanya jenis plat ini digunakan untuk bangunan yang secara estetika tidak ingin menampilkan balok pada konstruksinya.

Gambar 3. Ilustrasi bentuk Flat Slab

Keunggulan Flat Slab

  • Tidak memerlukan ruang plafon yang terlalu besar untuk menyembunyikan balok

  • Meningkatkan kekuatan geser plat

  • Mememrlukan waktu konstruksi yang relative lebih singkat daripada jenis plat lainnya.

Kekurangan Flat Slab

  • Bentang yang terbatas

  • Tidak udeal untuk menupang dinding tipis (thin walls)

Gambar 4. Implementasi Flat Slab Pada Konstruksi

Hollow Core Slab (HCS)

Hollow core slab adalah sebuah inovasi dalan konstruksi lantai beton untuk bangunan bertingkat. HCS menggunakan material pelat beton prategang pracetak (Prestressed Precast Concrete) yang berongga. Tujuan dari rongga ini untuk mengurangi berat sendiri dari plat lantai sehingga diharapkan dapat menekan biaya produksi pelat. HCS diproduksi menggunakan mesin slipformer dan akan dipotong sesuai dengan ukuran yang dipesan oleh pengguna.


Gambar 5. Segmental Hollow Core Slab

Keuntungan dari Hollow Core Slab

  • Menggunakan sistem prategang yang menghasilkan lendutan yang sangat kecil yang disebabkan oleh adanya gaya lawan dari lendutan yang dihasilkan olen prategang.

  • Precompression effect yang memberikan ketahanan terhadap suhu tinggi daripada beton konvensional

  • Rongga pada HCS membuat berat sendiri yang lebih ringan 28 – 49% daripada sistem plat konvensional.

  • Karena beban sendiri dari HCS yang ringan, maka hal ini dapat mereduksi dimensi balok yang diperlukan, sehingga dapat memberikan ruang bebas yang lebih besar.

  • Permukaan HCS dapat langsung dipasangi keramik

  • Permukaan expose bagian bawah dapat langsung dijadikan plafond

  • Tidak membutuhkan biaya untuk pekerjaan bekisting dan perancah.

Kekurangan dari HCS

  • Karena ini adalan pelat pracetak, maka proses pengiriman materian ke lokasi konstruksi harus benar-benar diperhatikan, mengingat dimensinya yang besar dan harus dibawa menggunakan trailer.

  • Kapasitas dari tower crane perlu diperhatikan

  • Untuk bentang yang pendek, relative tidak efektif secara biaya.


Gambar 6. Penggunaan Hollow Core Slab dikonstruksi

Waffle Slab

Waffle slab merupakan pelat tipis dari kumpulan balok rusuk dengan bentuk letter “T” yang saling bersilangan sehingga membentuk seperti waffle jika dilihat dari bagian bawah.

Penggunaan waffle slab biasanya untuk Gedung-gedung yang membutuhkan ruangan yang luas, sehingga tidak banyak membutukan kolom penopang, misalnya auditorium, Gedung teater, stasiun dll.


Keuntungan menggunakan Waffle Slab

  • Waffle slab memiliki kemampuan menopang beban yang lebih besar

  • Cocok untuk bentang Panjang anatara 7 sampai 16 meter.

  • Relatif ringan dan mampu menekan biaya konstruksi

  • Biasanya dipakai untuk pelat lantai dan pelat atap.

Kekurangan Waffle Slab

  • Tidak disarankan untuk penggunaan pada proyek konstruksi biasa

  • Cetakan dan pengecoren relative berbiaya tinggi dan akan ekonomis jika dilakukan pada skala besar

  • Memerlukan pengawasan ketat pada saat pelaksanaan konstruksi

Gambar 7. Skematik penggunaan Waffle Slab (Two-Way Slab system)
Gambar 8. Contoh aplikasi Waffle Slab pada konstruksi atap stasiun

Hardy Slab

Hardy slab umumnya banyak digunakan di Dubai dan China. Plat ini dibangun menggunakan batu bata yang kuat. Batu bata Hardy adalah bata yang terbuat daru beton dan memiliki rongga. Pelat jenis ini relative menghemat biaya konstruksi dan juga mereduksi beban dari pelat itu sendiri. Ketebalan pelat ini relative lebih besar disbanding pelat konvensional.


Keuntungan Hardy Slab

  • Mengurangi berat sendiri pelat

  • Ekonomis untuk bentang lebih dari 5 meter

  • Rongga pada bata meningkatkan daya insulasi untuk suara dan panas

Kekurangan Hardy Slab

  • Kondisi bata harus terkontrol dan terjamin pada saat konstruksi.

  • Tidak ekonomi untuk bentang kecil

  • Sulit diperbaiki datau diperkuat jika terjadi kerusakan.

Gambar 9. Pengaplikasian Hardy Slab pada konstruksi bangunan

Dome Slab

Dome Slab adalah pelat yang berbentuk seperti setengah bola dan biasanya digunakan pada kubah-kubah manjid, gereja ataupun kuil, atau gelanggang olah raga.


Keuntungan Dome Slab

  • Bentuk kubah yang berlawanan dengan arah lendutan memberikan kapasitas lebih besar dalam menahan beban

  • Tahan terhadap cuaca ekstrim seperti badai


Gambar 10. Contoh Penggunaan Dome Slab
 

Daftar Pustaka

  • -

 

留言


bottom of page